Universitas Darussalam Gontor |
By: Dr. Khalid Muslih, dkk.
A. Pendahuluan
Dalam penciptaan alam semesta ini, beragam makhluk; Malaikat,
Jin, Manusia, Hewan, benda Padat, benda Cair, dan Gas, telah dicipta oleh Allah.
Namun demikian diantara makhluk-makhluk tersebut manusia merupakan sentral
penciptaan, dimana suluruh makhluk dicipta untuk mendukung tugas manusia
sebagai khalifah di bumi.
Bila Malik bin Nabi –seorang pemikir al-Jazair- menformulasikan
elemen peradaban dengan = Manusia + Tanah + Waktu, maka unsur manusia adalah
unsur utamanya. Tanah bisa dikendalikan, sementara waktu yang telah berlalu, meskipun tidak bisa dikembalikan, namun bisa disiasati dan
diantisipasi. Sehingga dapat dipastikan bahwa manusia merupakan unsur
terpenting dalam peradaban. Warna manusialah yang akan mempengaruhi warna
peradaban yang akan di bangun.
Untuk menjadi manusia yang ideal dam unggul yang mampu
mengemban risalah khilafah dengan baik, bukanlah sesuatu yang given (pemberian
Tuhan), namun hal yang harus diupayakan. Sehingga upaya pembentukan Insan Kamil
merupakan prioritas utama dari proyek besar peradaban dan merupakan langkah
awal dan utama dari proses kerja khilafah.
Tulisan berikut berupaya memotretdengan jeli dan cermat
model pembentukan manusia unggul berbasis Kampus Perguruan Tinggi Pesantren
Ter-integrasi, sebagaimana digagas oleh Universitas Darussalam Gontor;yang tidak saja fokus pada
pembentukan manusia dalam sisi kognetifnya, tapi dari segala sisinya sebagai “Manusia Mulia Seutuhnya”, yang diserahkan kepadanya pengaturan dan pengendalian langit dan bumi
sebagai khalifah.
Gagasan Model Kampus Terintegrasi ini, sejatinya adalah upaya untuk memadukan antara:
a.
Perguruan Tinggi dan Pesantren, sehingga menjadi Perguruan
Tinggi Pesantren;
b.
Akademis (Pengajaran) dan Non Akademis (Pendidikan dan
Pengasuhan) yang direcord melalui Indeks Prestasi Komulatif Integratif (Akademik dan Non Akademik.)
c.
Trilogi Lembaga Pendidikan yaitu: Rumah, Sekolah/Kampus,
serta Lingkungan atau masyarakat.
d.
Juga antarabidang Pendidikan utamanya 8 yaitu: Pendidikan
Spritual(at-tarbiyah ar-Ruhiyah,Akhlak (ar-tarbiyah al-akhlaqiyah),
Pendidikan Akal (at-tarbiyah al-aqliyah), Pendidikan Sosial
Kemasyarakatan (at-tarbiyah al-ijtima’iyah), Pendidikan Jasmani (at-tarbiyah
al-jismiyyah), Pendidikan Kesenian (at-tarbiyah al-fanniyah), Pendidikan
Kepemimpinan (at-tarbiyah al-qiyadiyyah) dan Pendidikan Keterampilan (tarbiyah
‘la al-maharaat).
Antara Perguruan Tinggi dan Pondok Pesantren, dan antara Trilogi Lembaga Pendidikan serta antara delapan bidang pendidikan ini dicoba
untuk diintegrasikan dalam sebuah Sistem Kampus Terpadu dengan aktifitas dua puluh
empat jam.Tujuannya, untuk menghasilkan para sarjana yang mencerminkan konsep “Insan
Kamil”(manusia paripurna) yang mampu membawa angin perubahan dalam masyarakat. Berikut
ulasan pengalaman Universitas Darussalam Gontor.
B.
Dasar Pemikiran: Integrasi Dua Keunggulan (Pesantren dan
Perguruan Tinggi)
1. Keunggulan Pesantren: (Sejarah, Peran dan Keunikan
Pondok Pesantren & Pondok Modern Darussalam Gontor)
Tidak dapat dipungkiri bahwa “Pesantren” atau yang lebih dikenal dengan
“Pondok Pesantren” merupakan keunikan sistem pendidikan Indonesia yang
diperkirakan telah ada sejak abad ke lima belas Masehi.
Pondok Pesantren muncul sebagai reaksi dari dominasi pengaruh sistem
pendidikan imperalisme yang saat itu sudah tidak dapat dibendung lagi. Para
ulama’ yang menyadari akan bahaya pengaruh imperalisme yang secara jelas-jelas
menghancurkan sendi-sendi nilai dan ajaran Islam tersebut kemudian memilih
pergi ke daerah pedalaman, di sana mereka menetap dan membangun gubuk
selanjutnya mengajar masyarakat sekitar tentang Islam, nilai-nilai Islam serta
cara hidup yang Islami.
Keunikan pesantren sebagai salah satu model lembaga pendidikan Islam yang
ada di Indonesia juga merupakan keunikan kultur Islam di Indonesia yang sangat
original (Indigenous Culture-Islamized).Hal ini tercermin dalam hal-hal
berikut:
Pertama: Pesantren masih terkenal sebagai Lembaga terdepan dalam tafaqquh
fi al-din yang melahirkan para Ulama’ di Indonesia. Dapat dikatakan
bahwa hampir seluruh ulama’ Indonesia yang berkaliber merupakan produk
pesantren.
Kedua: Bersistem asrama; dimana para santri diharuskan menetap selama 24
jam bersama kyai. Berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya para siswa-siswi berada
di sekolah atau kampustidak lebih dari 6-10 jam saja.
Ketiga: Berbasis masyarakat. Ada hubungan yang kuat antara pesantren dan
masyarakat, karena dimana terdapat sebuah pesantren (dimanapun saja berada), terjadi
perubahan yang sangat signifikan terhadap masyarakat tersebut, terutama dalam
sisi keislaman maupun sisi sosial.
Keempat: Teologis Religious. Hal yang juga menjadi perhatian utama
pesantren adalah penanaman sisi keimanan (Aqidah) dan hidup beragama. Pesantren
selalu berada dibarisan terdepan dalam memerangi hal-hal yang berkaitan dengan
syirik dan praktek-praktek yang merusak Aqidah juga praktek-praktek kehidupan
yang menyimpang dari ajaran Islam secara moral, terutama yang terkenal dengan
"molimo" (5 hal yang tercela dan termasuk dosa besar dalam Islam
yaitu: Mencuri, berjudi, berzina, minum-minuman keras, dan menkonsumsi candu
(narkoba).
Kelima: Pesantren sangat menekankan pendidikan moral dan etik. Berbeda
dengan sekolah, yang lebih mementingkan pengajaran (sisi kognetif) dari pada
pendidikan.Pesantren lebih mengutamakan pendidikan yang lebih mengarah pada
pembentukan moral dan karakter. Di dunia pesantren moral diajarkan melewati
seluruh pelajaran, karena tujuan utama dari seluruh pelajaran adalah
tertanamnya moral dan akhlak dalam diri para santri-santriwati. Tidak hanya
itu, moral juga diajarkan melewati seluruh kegiatan dan aktifitas.
Keenam: Di dunia pesantren seorang Kyai berperan sebagai figur sentral.
Karena berdirinya pesantren sangat terkait dengan sosok kiyai, maka kiyai
menjadi figur sentral, hal ini terjadi karena seorang kiyai memiliki kharisma
yang tinggi serta keilmuan yang mampu menjadikannya teladan penuh dalam segala
hal. Di dalam hal kepemimpinan selain kharisma dan haibah (wibawa)
seorang kiyai juga biasanya memiliki kemampuan memimpinyang standar sehingga
mampu menjadi pemimpin yang disegani dan bijak di kalangan pesantren.Beliau
tidak saja ditaati oleh para santri dan seluruh penghuni pondok, tapi biasanya juga
oleh masyarakat luas.
Ketujuh: di samping itu pesantren sangat sarat dengan Jiwa berupa Nilai dan Filosofi. Berbeda dengan sekolah, pesantren
didirikan diatas Jiwa, Nilai serta Filosofi yang sangat erat kaitannya dengan
nilai-nilai Islam.Dalam prosesnya pesantren berusaha menanamkan nilai-nilai,
jiwa dan filosofi tersebut ke dalam diri dan pribadi santri, sementara sekolah
hanya fokos pada pengajaran dan sisi kognetif dalam pendidikan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Pondok Pesantren yang ada di Indonesia telah
memberikan kontribusi sebagai pusat pembinaan, pusat keilmuan, dan pusat dakwah
dan pusat pengembangan masyarakat Indonesia. Dimana keberadaan Pondok Pesantren
yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia secara merata, telah melahirkan
para tokoh, pemimpin serta profesional di berbagai bidang.
Berdirinya Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur pada tahun
1926, telah memberikan warna baru ke dalam sistem pendidikan dan pengajaran ke dalam pondok-pondok yang telah ada; dimana Pondok Modern Gontor telah mamasukkan sistem sekolah
ke dalam Pesantren yang sejak berdirinya menerapkan sistem tradisional (standar
pendidikan bertumpu pada kitab, tidak menggunakan sistem klasikal dan tidak mengajarkan ilmu-ilmu modern (sains).
Pondok Modern Darussalam Gontor juga telah memasukkan bahasa Arab dan
Inggris sebagai perhatian utama pesantren. Bahasa Arab untuk menguasai
ilmu-ilmu keislaman (Dirasat Islamiyah), sementara bahasa Inggris untuk
menguasai ilmu-ilmu modern, yang menjadi sebab bagi kemajuan peradaban saat
ini.
Jika rata-rata pesantren mengajarkan dan berpegang teguh pada satu
madzhab, Pondok Modern Darussalam Gontor mengajarkan perbandingan madzhab-madzhab
yang muktabar dalam Islam. Hal ini dimaksudkan agar para santri terbebas dari
sifat fanatisme yang berlebihan dalam madzhab yang hingga kini memecah belah
umat.
Hal lain yang juga menjadi keunikan Pondok Modern Gontor adalah berdiri
diatas dan untuk semua golongan. Tentu saja yang dimaksud disini adalah
golongan yang masih dalam koredor Ahlu Sunnah wal Jama'ah, serta mendidik
santri dan santriwati agar menjadi perekat umat yang selalu berupaya untuk
menyatukan umat yang secara realita saat ini dipecah-pecah oleh fanatisme
golongan dan kelompok.
Dalam hal sistem, satu hal yang sangat menonjol dari Pondok Modern Gontor
adalah "Wakaf". Sistem wakaf yang diterapkan dimulai dengan pewakafan
Pondok sebagai hak milik pribadi kepada umat, sehingga Pondok Modern Gontor
menjadi milik umat bukan lagi milik pribadi maupun keluarga. Sistem wakaf ini
kemudian diterapkan dalam rekrutmen kader, dimana kader yang mengabdi di Pondok
Modern Darussalam Gontor (PMDG) telah
terlebih dahulu menyatakan kesiapannya untuk mewakafkan dirinya untuk
kepentingan Pondok, turut serta memperjuangkan, memajukan, membela serta
bertanggung jawab atas hidup dan matinya pondok. Dengan sistem ini diharapkan
keberlangsungan pondok dapat terjaga hingga hari akhir kelak.
2. Keunggulan Perguruan Tinggi
Sementara ini, Perguruan Tinggi masih menjadi icon dan Pusat paling
strategis dalam dunia riset Ilmiah. Beberapa Pusat Riset ternama ada
dibawah Perguruan Tinggi. Ada beberapa Pusat atau Lembaga Riset (Penelitian) yang memang berada di luar Perguruan Tinggi, tapi
dalam realitasnya, riset-riset tersebut sarat ditunggangi oleh kepentingan.
Sementara riset-riset yang dilakukan dibawah Universitas, mayoritas bersifat
obyektif, dalam bingkai metodologi ilmiah yang terstandarisasi.
Selain itu Perguruan Tinggi merupakan lembaga yang sangat lekat dengan rasionalitas dan empirisme. Bersifat rasional, karena hampir tidak
ada rancangan, keputusan dan kegiatan kecuali didasarkan pada hasil kajian
ilmiah, bukan di dasarkan atas praduka, khurafat maupun mitos. Dan
bersifat empiris karena berorintasi pada hasil kajian yang dapat diukur secara
ilmiah.
Berbeda dengan sekolah menengah atau Pondok Pesantren, Perguruan Tinggi
memiliki kelebihan yang signifikan yaitu adanya “Kebebasan Akademik”. Dunia Pesantren
yang berkonotasi Pendidikan Menengah, masih dipenuhi dengan
keterbatasan-keterbatasan dan batasan-batasan, karena fokus perhatian masih
pada pendidikan karakter dan mental. Sementara Perguruan Tinggi fokus
perhatiannya pada Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian kepada
masyarakat, untuk itu kebebasan akademik dibuka seluas-luasnya, namun tetap
dalam bingkai nilai-nilai keislaman, obyektifitas, keilmuan dan metodologi.
Dalam arti kebebasan akademik yang tetap bertanggung jawab.
Ciri lain yang menonjol dari Perguruan Tinggi adalah akses terhadap “Modernisasi”. Dimana Perguruan Tinggi rata-rata menjadi lembaga
pertama yang paling cepat mengakses modernisasi, juga menjadi lembaga paling
cepat memproduk modernisasi, baik dalam sekala pemikiran, sikap dan produk
barang.
***
Universitas Darussalam mencoba untuk memadukan antara keunggulan yang
dimiliki Pesantren dan keunggulan yang dimiliki oleh Perguruan Tinggi, sehingga menjadi “Perguruan Tinggi Pesantren” yang mengintegrasikan antara beragam
bidang:
a. Bidang Pengajaran yang lebih dikenal dengan bidang Akademik, (yang menitikberatkan pada sisi
kognetif), dan bidang Pendidikan serta
Pengasuhan yang lebih dikenal dengan bidang Non Akademik yang menitik beratkan
pada sisi psikomotorik dan afektif, atau sikap, mental, prilaku dan moral.
Karena tujuan utama Perguruan Tinggi Pesantren adalah mewujudkan manusia
seutuhnya yaitu “Insan Kamil”, maka bidang Pengajaran (akademis) merupakan bagian terkecil dari sarana
mewujudkan tujuan diatas, sementara Pendidikan dan Pengasuhan mendapat porsi lebih besar daripada porsi pengajaran. Hal ini selaras dengan motto pendidikan Pondok Modern Gontor yaitu“at-tarbiyatu ahammu min at-taklim” (Pendidikan lebih Penting dari pengajaran). Walaupun demikian keduanya didesain memiliki keterkaitan
secara sistemik untuk bersama mewujudkan tujuan pendidikan diatas. Semua
kegiatan Akademik harus mendukung Non Akademik, sementara kegiatan non akademik
juga tidak boleh menghambat tercapainya tujuan akademik. Apa yang dipelajari
dalam bidang Akademik, mesti diperkuat dengan kegiatan Non Akademik.
Bidang akademik dikoordinasi oleh BAAK (Biro Administrasi Akademik),
sementara bidang Non Akademik dikoordinasi oleh BANAK (Biro Administrasi Non
Akademik). Jika Indeks Prestasi mahasiswa dalam bidang akademik direcord dalam
Transkrip Nilai Akademik, maka semua Indeks Prestasi Non Akademikpun direcord
dalam Transkrip Nilai Non Akademik. Perpaduan antara kedua transkrip nilai
tersebut adalah cerminan Indeks Prestasi mahasiswa yang sebenarnya.
b. Trilogi Lembaga
Pendidikan; Rumah, Kampus dan Lingkungan masyarakat
Dalam Perguruan Tinggi Pesantren, Mahasiswa dan seluruh civitas akademika
berada dan tinggal dalam kampus, karena itu keberadaan kampus tidak hanya diposisikan
sebagai sekolah; tempat menimba ilmu, tapi sekaligus menjadi rumah tempat
tinggal. dan dari hasil interaksi antar mahasiswa dan mahasiswa dengan dosen,
mahasiswa dengan tenaga kependidikan, antara dosen dengan dosen, dosen dengan
mahasiswa, dosen dengan tenaga kependidikan dan seterusnya terbentuk sebuah
lingkungan masyarakat dalam satu waktu.
Asrama, dalam Perguruan Tinggi Pesantren (UNIDA Gontor) difungsikan
sebagai rumah, dimana asrama dibagi ke dalam kamar-kamar, dan setiap kamar
ditentukan penanggung jawab (ketua kamar), dan setiap tiga kamar yang jumlahnya
berkisar 30 mahasiswa dibimbing oleh Dosen Wali yang akan berfungsi menjadi
pembimbing mereka selama menjalani kehidupan sebagai mahasiswa. Dosen wali ini
dibantu oleh dua asisten dari mahasiswa pascasarjana dan para staff UNIDA
Gontor.
Dosen wali beserta asistennya mengadakan pertemuan rutin minimal seminggu
sekali untuk mentahsin bacaan dan hafalan al-Qur’an anggotanya, mengadakan
kajian dan menyampaikan arahan, mengontrol perkembangan mahasiswa bimbingannya,
serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh anggotanya. Intinya Dosen
Wali berfungsi sebagai orang tua bagi mahasiswa yang berada dalam bimbingannya
dalam bidang Non Akademik, sementara dalam bidang akademik mahasiswa dibimbing
oleh Dosen Pembimbing Akademik.
c. Integrasi Bidang Pendidikan:
Spiritual, Akhlak, Akal, Jasmani, Seni, Kemasyarakatan, Kepemimpinan dan
Keterampilan.
Tidak hanya kognetif, sasaran sistem
kampus terpadu ini adalah internalisasimulti bidang pendidikan secara
integratif: Spiritual, Akhlak, Jasmani, Seni, Sosial-Kemasyarakatan,
Kepemimpinan dan Ketrampilan.
Materi di kelas misalnya, tidak
hanya bertujuan untuk mencapai target target kognetif saja, akan tapi sedapat
mungkin dapat diarahkan untuk menginternalisasikan nilai-nilai moral (akhlak),
kepemimpinan, sosial kemasyarakatan dan ketrampilan, bahkan seni dan spiritual.
Demikian pula kegiatan yang sangat bernuansa spiritual seperti shalat misalnya,
tidak terlepas dari tujuan pendidikan akal, dengan mengadakan ceramah setelah
shalat yang bertujuan untuk menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam ritual
ibadah tersebut, sehingga dapat menyentuh sisi akal dan logika. Artinya semua kegiatan
tidak hanya didesain untuk merealisasikan satu satu bidang pendidikan saja, akan
tetapi diharapkan dapat merealisasikan multi tujuan.
Dengan formulasi model dan sistem yang unik seperti ini diharapkan Perguruan Tinggi
Pesantren mampu meraih keunggulan IMTAQ (Iman dan Taqwa) dan IPTEK (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi) sekaligus, memadukan antara nilai-tradisi dan
modernisasi. Kuat dalam prinsip dan adaptip terhadap kemajuan.