Umat Islam Indonesia |
Kalimat judul ini terkesan profokatif dan
ekstrim, namun ini merupakan bentuk keprihatinan dan simpati atas fenomena yang
terjadi di Myanmar. Hampir semua dunia internasional terdiam membisu. Para aktifis
HAM di seluruh penjuru dunia bungkam tak berkutik. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa
yang katanya memiliki peran penuh terhadap perdamaian dunia bak pak tua tak
bergigi. Amerika Serikat yang katanya negara super power yang memerangi semua
tindakan krimilal bak Beruang hutan yang tak berkuku. Katanya juga semua agama di
dunia membenci kekerasan dan penindasan, kini terkunci dalil-dalinya. Semua terdiam
menonton pemandangan nyata di depan matanya. Saya tidak tau apakah pandangan
nyata yang terjadi sudah berubah menjadi tontonan drama seperti di bioskop dan
tontonan drama berubah menjadi pemandangan nyata sehingga menjadikannya menangis
tersedu-sedu dengan alur semu-nya. Sungguh aneh membingungkan.
Indonesia dari dulu terkenal dengan ketenangan
dan ketentramannya, padahal berbagai macam spesies, marga, suku, adat dan agama
hidup di dalamnya. Semuanya hidup berdampingan dengan rukun dan aman. Hingga wajar
banyak bangsa lain ingin menjajah dan menguasai indonesia karena mereka juga merasa
aman menjajah indonesia, dan terbukti negara belanda telah berabad-abad
menjajah indonesia dengan amannya.
Sampai sekarang indonesia masih aman. Tidak
pernah terdengar di telinga berita kekerasan dan pelecehan seperti yang terjadi
di Amerika, jerman, rusia terhadap kelompok agama tertentu. Apalagi seperti
yang terjadi di myanmar saat ini. Kayaknya itu sesuatu yang mustahil terjadi. Padahal
negara indonesia didominasi oleh satu agama besar dengan jumlah populasi 85%
dari semua agama dan rakyat indonesia.
Tidak ada yang menyangkal bahwa islam-lah
agama yang terbesar di Indonesia, agama islam sudah ada berabad-abad tahun lamanya.
Dalam sejarah perjalanan islam indonesia tidak pernah terdengar islam
mengintimidasi agama atau keyakinan yang lebih kecil populasinya. Adapun jika
terjadi, itu lebih disebabkan karena faktor penistaan dan penghinaan terhadap nilai-nilai
yang ada dalam islam bukan disebabkan karena perbedaan keyakinan atau
kepercayaan. Itupun jika tejadi gesekan tidak pernah terjadi seperti separah di
Myanmar atau negara yang lainnya. Andaikan penistaan itu tidak ada maka gesekan
itupun akan berkurang dan bahkan tidak akan terjadi. Kita bisa lihat dan baca
semua sejarah perjalanan islam di Indonesia. .
Kembali kepada pembicaraan awal. Di kala
Muslim Rohingya dibantai, dibakar dan diusir dari kampung halamannya tidak ada
satupun negara, agama, ataupun lembaga kemanusiaan yang menjadikannya perhatian
khusus kemudian memberikan solusi atas konflik yang terjadi disana. Seakan-akan
semuanya sengaja membiarkan fenomena ini. Bahkan dikala mereka terombang-ambing
di atas samudra tidak ada negara yang berkenan menerimanya. Semua memasang bala
tentaranya untuk mengusirnya menjauh dari negaranya. Sangat malang nasip
mereka.
Di indonesia, disaat muslim Rohingya mencari
suaka kepada pemerintah, tidak ada agama, kelompok dan aktifis kemanusiaan
seperti ham membela dan memperjuangkan mereka. Semua terdiam membisu, padahal
mereka menyaksikan mereka (muslim Rohingya) dalam kesulitan dan penderitaan. Lebih
menyakitkan lagi, di saat mereka dikabarkan hendak diusir untuk pergi, tidak
ada satupun dari pihak yang disebutkan tadi yang tergerak hatinya untuk
menahannya walau hanya beberapa hari.
“Andai Umat Muslim Indonesia Seperti Umat
Budha Myanmar”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar