Menggali Potensi Diri |
Seorang muslim sejati bukanlah seorang yang dari lahir sampai wafatnya tetap dalam keislamannya atau dari sejak lahir hingga wafatnya tidak pernah tercatat dalam jejak hidupnya menentang, mencela atau menodai islam, artianya ia tetap istiqomah dalam keislamannya. Namun muslim sejati adalah muslim yang mengabdikan segala potensi dirinya kepada islam.
Agama islam
adalah agama dengan jumlah penganut terbesar di dunia. Dimana-mana kita dapat
menemui orang islam. Bahkan dibeberapa Negara, islam menjadi agama mayoritas
penduduknya. Banyaknya orang islam di seluruh dunia sangat disanyangkan, karena
tidak diimbangi dengan banyaknya orang-orang islam yang benar-benar dengan
keislamannya.
Mengambil contoh
dari agama islam di Indonesia. Islam di Indonesia adalah agama mayoritas dari segi
kuantitas, namun menjadi agama minoritas dari segi kualitas. Secara hitung-hitungan
kita menjadi yang terbanyak, tapi ketika dicari hasilnya kita menjadi yang
sedikit. Hampir disegala sisi, orang islam mengisi semua posisi, namun orang
islam yang mengisi tersebut tidak terisi dengan nilai-nilai islam. Sehingga sama
saja islam hanya sekedar rupa, tampang dan penampakan, tapi sejatinya bukan.
Muslim sejati
merupakan orang islam yang tidak hanya dari sisi zahirnya ia islam, tapi juga
batin dan amalannya juga islam. Bila sedikit diamati tingkatan dari orang
islam, ada tiga tingkatan orang islam: pertama, orang islam yang islam dari
zahirnya saja. kedua, orang islam yang islam dari sisi zahir dan batinnya,
ketiga orang islam yang islam dari segi zahir, batin dan amalnya. Dari ketiga
tingkatan ini, orang islam yang islam zahir, batin dan amalannya yang dikatakan
orang islam sejati.
Telah disebutkan
sebelumnya bahwa muslim sejati adalah muslim yang mengabdikan segala potensi
dirinya kepada islam artinya dia mencurahkan segala potensi yang ada dalam
dirinya dimanfaatkan dan digunakan untuk memperjuangkan dan membela islam, baik
itu tenaga, fikiran atau fasilitas yang dimilikinya. Ketika ia tidak mampu
berkorban dengan tenaganya maka ia menggunakan fasilitas yang dimilikinya untuk
islam, ketika kedua-duanya tidak dimilikinya maka ia menggunakan fikirannya
untuk islam, dan justru ini lebih besar manfaatnya bagi islam.
Membicarakan fikiran
atau akal manusia, – yang akan kita kaitkan dengan islam nantinya – tidak akan
pernah ada ujungnya, maksunya potensi yang satu ini sungguh luar biasa. sudah
banyak yang menelitinya namun tidak ada habis-habisnya karena yang menelitinya
pun menggunakannya. Ada sebuah ungkapan orang arab yang menggambarkan kehebatan
fikiran, ‘biarpun raga dipasung, dipenjara dan dikurung karena ulahnya
fikirannya, namun tetap saja fikiran tidak bisa dipasung, ia bebas bergerak
kemana saja ia suka. Biarpun tubuh dibatasi dengan dinding yang begitu tebal
dan tinggi menjulang namun fikiran justu telah menuembus segala batasan dan
jarak yang menhalangi tubuh.
Potensi fikiran
yang begitu dahsyat ini sangat bisa dimanfaatkan oleh seorang muslim untuk
memperjuangkan dan membela islam. Apalagi saat ini islam tidak hanya berperang
dari segi fisik saja tapi islam berperang selalu dan setiap saat berperang
dengan pemikiran. Perang ini justru akan lebih berhaya dan massif sipatnya bila
tidak diatasi. Seorang muslim hendaknya mulai menuangkan fikirannya dalam
bentuk tulisan dalam bentuk artikel-artikel rinagan sampai yang berat, baik di Koran,
majalah, jurnal atau buku, hingga memberikan pemahaman tentang islam kepada
orang islam ataupun luar islam.
(Dalam keresahan menulis tesis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar