Kamis, 08 Oktober 2015

Kesetiaan Pengorbanan Sang Khadijah ra.

Istri Solehah
Istri Solehah
Suatu ketika Rasulullah SAW. pulang dalam keadaan sangat letih dari medan dakwah. Ketika hendak masuk rumah, Khadijah biasanya menyambut beliau berdiri di depan pintu. Ketika Khadijah hendak berdiri menyambut Suami tercinta, Rasulullah berkata: “Wahai Khadijah tetaplah di tempatmu.” Saat itu Khadijah sedang menyusui anaknya Fatimah yang masih bayi. Rasulullah faham dengan kesetiaan Khadijah, Rasulullah takjub dengan pengorbanan Khadijah. Meskipun dalam keadaan lelah menjaga rumah tangganya. Mekipun dalam keadaan letih dalam memelihara anaknya, Khadijah masih sempat menunjukkan kesetiaannya kepada sang Suami walau dengan hal yang sederhana. Bahkan seluruh harta bendanya diberikan kepada Nabi demi perjuangan Islam dan bahkan lebih dari itu, jiwa dan raganya diperuntukkan untuk Islam.
Tidak jarang Khadijah menahan lapar sambil menyusui anaknya Fatimah ra. Sehingga yang keluar bukan air susu lagi tapi darah yang keluar yang masuk ke dalam mulut Fatimah. Melihat Khadijah letih menyusui anaknya, Rasulullah mengambil Fatimah dan diletakkan di tempat tidurnya. Gantilah Rasulullah berbaring dipangkuan sang Istri. Karena Rasulullah begitu lelah dan letih dari mendakwahkan islam kepada umatnya yang menolak seruannya, beliaupun tertidur dipangkuan sang istri. Katika itulah khadijah dengan belaian kasih sayang membelai rambut Beliau. Tak terasa air mata Khadijah al-Kubra menetes mengenai pipi Rasulullah SAW. Nabipun terjaga “Wahai Khadijah kenapa engkau menangis? Adakah engkau menyesal bersuamikan aku, Muhammad? Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan, tetapi hari ini engkau telah dihina orang, semua orang telah menjauh darimu, seluruh harta bendamu habis. Adakah engkau menyesal bersuamikan aku, Muhammad?” Khadijah al-Kubra berkata, “Wahai suamiku, wahai Nabi Allah, bukan itu yang aku tangiskan. Dulu aku memiliki kemuliaan, kemuliaan itu aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Dahulu aku memiliki kebangsawanan, kebangsawanan itupun aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Dahulu aku memiliki harta kekayaan, seluruh harta kekayaan itu aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Wahai Rasulullah, sekarang ini aku tidak memiliki apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini.” “Wahai Rasulullah, sandainya aku telah mati sedangkan perjuanganmu ini belum selesai, kemudian engkau hendak menyebrangi sebuah lautan, ..engkau hendak menyebrangi sebuah sungai dan engkau tidak menemukan satu perahu pun ataupun jambatan, maka engkau gali lubang kuburku, engkau gali kuburku, kemudian ambillah tulang belulangku, engkau jadikan jembatan sebagai jalan menyeberangi sungai itu untuk menemui umatmu. Ingatkan mereka akan kebesaran Allah. Ingatkan mereka perkara yang haq. Ajarkan mereka syari’at islam wahai Rasulullah.”

Mendengar penjelasan itu, Rasulullah menangis. Betapa besar perjuangan dan pengorbanan Khadijah untuk Allah dan Rasul-Nya dalam memperjuangkan agama islam. Sampai-sampai dalam keadaan matipun, ia masih ingin berjuang untuk islam. Sehingga wajar Rasulullah sering menyebut-nyebut istrinya yang satu ini walaupun sudah lama meninggal, sehingga menjadikan istri-istri beliau yang lain cemburu kepadanya, Khadijah Radiyallahu‘anha..

1 komentar:

  1. Assalamualaikum.
    Akhi ada yang tau ngga
    Cerita di atas berasal dari kitab apa
    Dan riwayat siapa ya..

    BalasHapus