Kamis, 26 Maret 2015

Mensucikan Hati

Menjaga Hati
Menjaga Hati
Suatu hari para Sahabat radiayallahu’anhum berkumpul dalam suatu majlis bersama Rasulullah SAW. Dalam suasana mendengarkan nasihat Rasulullah, tiba-tiba Beliau SAW. berkata kepada para sahabat, “Lihat, akan datang seorang ahli surga di majlis kita ini.” Para sahabat yang mendengar perkataan Rasulullah tersebut menjadi penasaran dan ingin tahu bagaimana rupa sosok ahli surga yang dimaksudkan Beliau. Setelah menunggu berberapa saat – dalam rasa penasaran dan keingintauan para sahabat – datanglah seorang laki-laki yang berpenampilan biasa membawa sandal di tangannya. Terlihat dari muka laki-laki tersebut bahwa dia baru selesai berwudu dan ingin bergabung mengikuti majlis Rasulullah. Rasulullah yang melihat kedatangan laki-laki tersebut, mengisyaratkan kepada sahabat-sahabat bahwa dialah orangnya. Para sahabat menjadi berambah penasaran karena orang yang disebut ahli surga biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa dari rupa dan penampilannya. Dalam hati mereka bertanya-tanya apa gerangan yang menjadikan laki-laki ini disebut Rasulullah menjadi ahli surga, amalan ibadah apa yang dilakukan atau pekerjaan apa yang di perbuat atau mungkin ada kelebihan lain yang dimilikinya. Berbagai macam pertanyaan berkecamuk dalam dada para sahabat.
Saat majlis bersama Rasulullah selesai, salah satu sahabat yang sangat penasaran dengan laki-laki tersebut yaitu Abdullah Ibnu Umar ingin mengetahui lebih dekat bagaimana kehidupan sehari-hari laki-laki tersebut. Setelah para sahabat pulang ke rumah masing-masing, Abdullah ibnu Umar mengikuti laki-laki itu ke rumahnya. Ketika sampai dirumahnya, Abdulullah bin Umar minta izin kepada laki-laki tersebut untuk menginap dirumahnya selama tiga malam dan dengan rasa senang hati dan bangga, laki-laki itupun mengizinkannya karena dia tau Abdullah ibnu Umar sahabat terdekat Rasulullah SAW.
Setelah sehari, dua hari sampai hari terahir di rumah laki-laki itu, Abdullah ibnu Umar tidak melihat hal-hal yang luar biasa dari amalan ibadah atau pekerjaan laki-laki tersebut. Dia melihat ibadah laki-laki tersebut biasa-biasa saja. Malahan, ketika tengah malam tiba, laki-laki itu hanya bagun shalat tahajjud beberapa rekaat saja, tidak seperti sahabat-sahabat yang lain, jika mendirikan shalat tahajjud sepanjang malam penuh hingga waktu subuh tiba. Tapi laki-laki ini, biasa-biasa saja. hingga akhirnya Abdullah bin Umar memaksakan diri untuk bertanya, wahai fulan, beberapa hari yang lalu ketika saya dan para sahabat yang lain bersama Rasulullah di majlis beliau menyebut anda sebagai ahli surga. Kira-kira amalan apa yang ada lakukan hingga anda disebut sebagai ahli surga? mungkin kami bisa mengambil manfaat dari amalan anda tersebut.” Laki-laki yang mendengar pertanyaan Abdullah ibnu Umar merasa bahagia dan sekaligus bingung. Ia bahagia karena disebut sebagai ahli surga dan bingung karena ia merasa amalan ibadahnya biasa-biasa saja. Tidak seperti sahabat-sahabat dekat Rasulullah yang lain. Ia pun berkata, “saya tidak memiliki amalan-amalan ibadah khusus atau lebih. Saya merasa amalan ibadah yang saya lakukan biasa-biasa saja. Jika dibandingkan dengan sahabat-sahabat terdekat Rasulullah yang lebih dulu berjuang besama beliau, tentu saya ini tidak sebanding dengan keutamaan dan amalan ibadah mereka.” Mendengar jawaban laki-laki tersebut, Abdullah Ibnu Umar semakin penasaran. Namun penasarannya ia pendam. Dalam kepenasarannya, Abdullah ibnu Umar pun ingin pamitan pulang karena waktu menginapnya telah habis sebagaimana permintaannya tiga hari yang lalu. Saat handak pergi, laki-laki tersebut memanggil Abdullah Ibnu Umar, kemudian ia berkata, “mungkin ini amalan yang menjadikan saya disebut sebagai ahli surga oleh baginda Rasulullah SAW, yaitu tiap malam sebelum saya tidur, saya berusaha memaafkan dan melupakan semua kesalahan atau kekeliruan yang dilakukan oleh orang kepada saya. Saya mencoba mengikhlaskan dan memaafkannya. Dan juga saya meminta kepada Allah SWT, semoga orang-orang yang berbuat zholim kepada saya diampuni dosanya dan mereka dimasukkan kedalam surga-Nya.” Mendengar penjelasan laki-laki tersebut, Abdullah Ibnu Umar tersenyum dan faham bahwa amalan itulah yang mengantarkan laki-laki tersebut menjadi ahli surga.
Subhanallah.., semoga kita menjadi orang yang mengikhlaskan dan memaafkan kesalahan dan kekeliruan saudara-saudara kita. Amiin..

(sambil nulis thesis di asrama tercinta pasca sarjana UNIDA Gontor, malam jum’at, 26-032015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar