Rabu, 06 Mei 2015

Hanya Untuk Islam

Potensi Diri
Menggali Potensi Diri

Seorang muslim sejati bukanlah seorang yang dari lahir sampai wafatnya tetap dalam keislamannya atau dari sejak lahir hingga wafatnya tidak pernah tercatat dalam jejak hidupnya menentang, mencela atau menodai islam, artianya ia tetap istiqomah dalam keislamannya. Namun muslim sejati adalah muslim yang mengabdikan segala potensi dirinya kepada islam.
Agama islam adalah agama dengan jumlah penganut terbesar di dunia. Dimana-mana kita dapat menemui orang islam. Bahkan dibeberapa Negara, islam menjadi agama mayoritas penduduknya. Banyaknya orang islam di seluruh dunia sangat disanyangkan, karena tidak diimbangi dengan banyaknya orang-orang islam yang benar-benar dengan keislamannya.
Mengambil contoh dari agama islam di Indonesia. Islam di Indonesia adalah agama mayoritas dari segi kuantitas, namun menjadi agama minoritas dari segi kualitas. Secara hitung-hitungan kita menjadi yang terbanyak, tapi ketika dicari hasilnya kita menjadi yang sedikit. Hampir disegala sisi, orang islam mengisi semua posisi, namun orang islam yang mengisi tersebut tidak terisi dengan nilai-nilai islam. Sehingga sama saja islam hanya sekedar rupa, tampang dan penampakan, tapi sejatinya bukan.
Muslim sejati merupakan orang islam yang tidak hanya dari sisi zahirnya ia islam, tapi juga batin dan amalannya juga islam. Bila sedikit diamati tingkatan dari orang islam, ada tiga tingkatan orang islam: pertama, orang islam yang islam dari zahirnya saja. kedua, orang islam yang islam dari sisi zahir dan batinnya, ketiga orang islam yang islam dari segi zahir, batin dan amalnya. Dari ketiga tingkatan ini, orang islam yang islam zahir, batin dan amalannya yang dikatakan orang islam sejati.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa muslim sejati adalah muslim yang mengabdikan segala potensi dirinya kepada islam artinya dia mencurahkan segala potensi yang ada dalam dirinya dimanfaatkan dan digunakan untuk memperjuangkan dan membela islam, baik itu tenaga, fikiran atau fasilitas yang dimilikinya. Ketika ia tidak mampu berkorban dengan tenaganya maka ia menggunakan fasilitas yang dimilikinya untuk islam, ketika kedua-duanya tidak dimilikinya maka ia menggunakan fikirannya untuk islam, dan justru ini lebih besar manfaatnya bagi islam.
Membicarakan fikiran atau akal manusia, – yang akan kita kaitkan dengan islam nantinya – tidak akan pernah ada ujungnya, maksunya potensi yang satu ini sungguh luar biasa. sudah banyak yang menelitinya namun tidak ada habis-habisnya karena yang menelitinya pun menggunakannya. Ada sebuah ungkapan orang arab yang menggambarkan kehebatan fikiran, ‘biarpun raga dipasung, dipenjara dan dikurung karena ulahnya fikirannya, namun tetap saja fikiran tidak bisa dipasung, ia bebas bergerak kemana saja ia suka. Biarpun tubuh dibatasi dengan dinding yang begitu tebal dan tinggi menjulang namun fikiran justu telah menuembus segala batasan dan jarak yang menhalangi tubuh.
Potensi fikiran yang begitu dahsyat ini sangat bisa dimanfaatkan oleh seorang muslim untuk memperjuangkan dan membela islam. Apalagi saat ini islam tidak hanya berperang dari segi fisik saja tapi islam berperang selalu dan setiap saat berperang dengan pemikiran. Perang ini justru akan lebih berhaya dan massif sipatnya bila tidak diatasi. Seorang muslim hendaknya mulai menuangkan fikirannya dalam bentuk tulisan dalam bentuk artikel-artikel rinagan sampai yang berat, baik di Koran, majalah, jurnal atau buku, hingga memberikan pemahaman tentang islam kepada orang islam ataupun luar islam.

(Dalam keresahan menulis tesis)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar